Have an account?

Selasa, 23 Maret 2010

PENDUDUKAN JEPANG

1. PENYERAHAN BELANDA KEPADA JEPANG DI KALIJATI

Oleh kerena serangan Jepang yang dating mendadak dan dahsyat maka pada tanggal 8 Maret 1942 Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang di Kalijati yang masing-masing diwakili oleh Ter Poorten dan Imamura. Peristiwa ini menandai babak baru dalam sejarah perjuangan pemuda Indonesia. Sejak peristiwa tersebut Indonesia berada di bawah penjajahan Jepang selama kurang lebih tiga setengah tahun. Tampak saat penandatanganan naskah perjanjian di Kalijati, Subang, Jawa Barat.

2. LETJEN IMAMURA

Letjen Imamura adalah pimpinan Tentara Jepang yang mengambil alih kekuasaan Indonesia dari tangan Belanda di Kalijati tanggal 8 Maret 1942.

3. KEDATANGAN TENTARA JEPANG DI PALEMBANG

Setelah mengadakan serangan terhadap Pearl Harbour 8 Desember 1941 laju infasi Jepang bagaikan tak terbendung lagi. Ke arah barat dengan sasaran Malaya dan Sumatra. Pasukan Jepang kemudian dibagi dua. Sebagian terus menyerbu Singapura dan sebagian menyerbu Palembang untuk menyelamatkan sumber-sumber minyak yang menurut rencana akan dibumihanguskan. Tampak tentara Jepang sedang menduduki Kota Palembang 1942.

4. KEDATANGAN TENTARA JEPANG DI SABANG

Setelah mengadakan serangan terhadap Pearl Harbour 8 Desember 1941 laju infasi Jepang bagaikan tak terbendung lagi. Ke arah barat dengan sasaran Malaya dan Sumatra. Untuk Sumatra sebagai sasarannya adalah sumber-sumber minyak yang merupakan bahan penting sebagai pendukung aksi ekspansinya. Karena serangan yang begitu mendadak maka Belanda tidak sempat mengadakan perlawanan. Tampak Tentara Jepang mendarat di Sabang untuk kemudian menguasai dan mengambil alih wilayah Sumatra Utara dari tangan Belanda tanpa melalui perlawanan yang berarti.

5. BARISAN PEMUDA INDONESIA RAYA

Pada masa pendudukan militer Jepang di Indonesia didirikan organisasi pemuda dengan nama Barisan Pemuda Indonesia Raya tidak lain hanya untuk mengambil hati bangsa Indonesia agar kedatangannya diterima dan menimbulkan persepsi persahabatan, walaupun setelahnya Jepang bertindak lebih kejam dari penjajah sebelumnya.

6. SEINEN KURENSYO

Seinen Kunrensyo adalah Barisan Pemuda yang dilatih secara militer sebelum terbentuknya Keibodan dan Seinendan. Mereka dididik cara menggunakan senjata, berbaris, taiso serta kegiatan militer lain dengan maksud untuk membantu Jepang dalam Perang Dunia II.

7. LATIHAN TAISO

Pemuda-pemuda pelajar sedang berlatih Taiso (Olah Raga/Senam). Setiap pagi sebelum pelajaran para pemuda pelajar oleh pemerintahan militer Jepang dilatih baris-berbaris, senam serta kewajiban menghormat Dewa Matahari dengan cara membungkukkan badan dalam-dalam ke arah timur laut dengan mengucap Seikeirei.

8. ROMUSHA

Untuk memenuhi kepentingan militer Jepang dalam membuat lapangan terbang, gua-gua persembunyian, jalan raya, maka dibentuklah “Prajurit Pekerja Sukarela” atau Romuha pada tahun 1943. Di daerah Yogyakarta disebut Norokaryo. Banyak diantara pemuda dan rakyat yang menjadi korban dari kasus “Narakarya” ini. Kebanyakan mereka dikirim ke luar Jawa antara lain ke Birma, Banten dan Borneo dan pulang hanya tinggal nama. Untuk mengatasi hal ini maka Sri Sultan HB IX menyiasatinya dengan mengadakan proyek pembangunan Selokan Mataram yang mampu menyelamatkan ribuan rakyat Yogyakarta dari praktek Romusha Jepang.

9. PEMBERONTAKAN PETA

Diketahuinya rencana perlawanan PETA di Blitar (14 Februari 1945) oleh pihak Jepang sehingga menyebabkan 55 anggota PETA lainnya tertangkap. Pada tanggal 16 April 1945 mereka diadili di Pengadilan Militer Jepang di Jakarta. Hasil siding Budancho R. Muradi, Budancho Halim Mangkudidjaja, Eisei Chudancho Dr. Ismail, Shodancho Suparjono, Budancho Sudarmo dan Shikihancho Sumanto dihukum mati. Sedangkan lainnya dipenjara di Penjara Cipinang Jakarta. Diduga Supriyadi terlebih dulu telah dibunuh oleh Jepang.

10. PIMPINAN PEMBERONTAKAN PETA

Supriyadi lahir pada tanggal 13 April 1923 di Trenggalek, Jawa Timur. Pada bulan Oktober 1943 Supriyadi masuk sebagai Tentara Pembela Tanah Air (PETA). Setelah selesai di pendidikan PETA Supriyadi diangkat sebagai Sodancho di daerah Blitar dan mendapat tugas mengawasi pekerjaan Romusha yang sangat menyedihkan. Karena itu timbul rencana untuk memberontak (14 Pebruari 1945) namun dapat diketahui oleh Jepang, maka pemberontakan gagal. Pada tanggal 16 April 1945 mereka diadili di Pengadilan Militer Jepang di Jakarta. Hasil sidang Budancho R. Muradi, Budancho Halir Mangkudidjaja, Eisei Chudancho Dr. Ismail, Shodancho Suparjono, Budancho Sudarmo dan Shikihancho Sumanto dihukum mati. Sedangkan lainnya dipenjara di Penjara Cipinang Jakarta. Diduga Supriyadi terlebih dulu telah dibunuh oleh Jepang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar