MASA PERANG KEMERDEKAAN 1945-1949
Setelah terjadi perdebatan antara golongan muda dan golongan tua maka diambillah putusan untuk segera memproklamasikan kemerdekaan RI pada tangagal 17 Agustus 1945 dengan memanfaatkan kekosongan kekuasaan karena pernyerahan kekuasaan Jepang kepada sekutu tangagl 14 Agustus 1945
Sidang Proklamasi yang dibuat oleh Soekarno setelah mendapat masukan dari para tokoh yang menghadiri pertemuan di tumah Laksamana Media di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta kemudian diketik oleh Sayuti Malik
Sidang tanggal 16 Agustus 1945, golongan pemuda di bawah Sukarni dan Cherul Saleh mengadakan rapat yang memutuskan untuk menyingkirkan Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta ke Rengasdengklok, sebuah tempat basis PETA bersenjata yang penduduknya anti Jepang dan propersatuan kekuasaan. Peralatan ini dipergunakan oleh Ir Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta sewaktu di Rengasdengklok, Kerawang, Jawa Barat.
Bung Tomo lahir di Surabaya pada tanggal 2 Oktober 1920 Sejak 12 Oktober 1945 Bung Tomo mendirikan radio Pemberontak dan bersama dengan teman-temannya mendirikan Barisan Pemberontak Rakyat Indonesia (BPRI). Pada tanggal 10 Nopember 1945 Bung Tomo Membakar semangat arek-arek Surabaya untuk berjuang melawan sekutu melalui Corong RRI Surabaya sehingga rakyat bertempur sampai titik darah penghabisan. Karier terakhir di TNI AD adalah Mayor Jenderal. Pada tahun 1955 Beliau menjabat sebagai Menteri Urusan Pejuang pada Kabinet Burhanudin Harahap.
Wafat di Arafah arab Saudi saat menunaikan ibadah haji. Kemudian pada tanggal 3 Februari 1983 jenazah dipindahkan ke Pemakaman Ngagel Surabaya Jawa Timur dengan upacara kebesaran militer Irup Menteri Kesra Surono.
Pada tanggal 9 Nopember 1945 berkaitan dengan wafatnya Brigjen Malaby maka Sekutu mengeluarkan ultimatum bahwa setiap pejuang yang membawa senjata harus lapor dan menyerhakan senjatanya ditempat yang ditentukan. Hal tersebut oleh pemuda
Atas ijin pemerintahan RI Tentara Belanda masuk
Lampung gantung ini dipakai sebagi alat penerangan di rumah bapak Mertonggolo di Dusun Kajor, Selopamioro, Imogiri, Bantul pada masa revolusi. Dirumah tersebut kegiatan pembuatan (pencetakan) ORI atau Oeang Republik
Rakyat yang tidak masuk dalam TKR berjuang melalui badan-badan kelaskaran dan organisasi-organisasi perjuangan yang lain. Sebagai wadah koordinasi laskar-laskar perjuangan kemudian dibentuk Dewan Kelaskaran Pusat yang dilantik oleh Jenderal Soedirman di Yogyakarta pada tanggal 12 Nopember 1946. Sebagai pimpinan Dewan Kelasakaran pusat Jenderal Soedirman saat acara pelantikan pimpinan Dewan Kelaskaran Pusat pada tanggal 12 November 1946 di Yogyakarta.
Para pimpinan Dewan Kelaskaran Pusat dilantik oleh Pangsar Jenderal Soedirman tanggal 12 Nopember 1946 di
Radio Perjuagnan sangat berperan sekali di masa revolusi fisik 1945-1949 karena dipergunakan untuk menyiarkan berita-berita kepada pejuang dan dunia internasional agar memberikan dukungan kepada Republik..
Pada masa perjuangan mempertahankan kamerdekaan
Munculnya Badan-Badan Kelaskaran di kalanga puteri juga terjadi di Aceh. Pejuang puteri Aceh membentuk Laskar Peucet aren.
Para pemuda puteri tdak ketinggalan dalam mandarma baktnya dalam perjuangannya bagi
Dalam rangka menciptakan suatu barisan pertahanan yang kokoh sentosa, dipandang perlu untuk mempersatukan lascar-laskar perjuangan kedalam tubuh TNI. Maka pada tanggal 3 Juli 1947 segenap badan kelaskaran, baik ynag yang bergabung di Biro Perjuangan maupun yang tidak, mulai saat itu dimasukkan serentak dalam wadah Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Walaupun dengan peralatan yang sederhana, namun Palang Merah
PMI yang dibantuk pada 17 September 1945. pada tanggal 17 September 1945 kepengurusannya dilengkapi dengan ketua Drs. Moh. Hatta serta ketua pengurus harian Dr. Bungram Martoatmojo.
Pada tanggal 23 April 1946, Jendral Mayor Sudibyo dan Komodor Suryadi Suryadarma ke
Pada tanggal 23 April 1946, Jendral Mayor Sudibyo dan Komodor Suryadi Syuradarma ke
Senapan ini degunakan pada perang gerilya di Gunung Kidul oleh kesatuan kepolisian Gunung Kidul pada tahun 1948-1949.
Dalam rangka memenuhi persejataan bagi pejuang
Mempertahankan kemerdekaan bukan hanya milik para tentara saja, melainkan seluruh bangsa
Pada tanggal 18 September 1948 di Madiun meletus pemberontakan PKI (Partai Komunis
Pada tanggal 13 Januari 1948 diselenggarakan di Kaliurang yang kemudian terkenal dengan nama Konferensi Kaliurang. Dalam Konferensi tersebut berhasil merumuskan sebuah notulen yang terkenal dengan “Notulen Kaliurang”. Delegasi Republik
Pada tanggal 8 Desember 1947 dimulai perundingan antara Republik Indonesia dengan Belanda yang berlangsung di atas geladak kapal perang Angkatan Laut Amerika USS Renville yang berlabuh di Teluk Jakarta. Perundingan tersebut berakhir pada tanggal 17 Januari 1948 dengan penandatanganan oleh Mr. Amir Sjarifudin sebagai wakil delegasi Republik Indonesia dan Mr. Abdul Kadir Wiryoadmojo sebagai wakil delegasi Belanda. Dari hasil perundingan tersebut makin sempitlah wilayah Republik
Sebagai konsekuensi atas persetujuan Renville yang telah ditandatangani pada tanggal 17 Januari 1948, maka TNI yang masih berada di kantong-kantong gerilya Jawa Barat harus ditarik ke daerah Republik Indonesia menurut perjanjian Renville sesuai dengan garis demarkasi Van Mook. Untuk itu maka pada bulan Februari 1948 segera dibentuk Panitia Hijrah yang bertugas mengatur teknis pelaksanaan hijrah. Pasukan Divisi Siliwangi pada bulan Februari 1948 mulai hijrah ke Gombong dan kemudian dilanjutkan sampai ke
27. PASUKAN SILIWANGI TIBA DI
Sebagai tindak lanjut dari hasil Persetujuan Renville 17 Januari 1948 maka pasukan TNI yang berada di kantong-kantong gerilya Jawa Barat harus hijrah meninggalkan daerah tersebut untuk masuk ke Jawa Tengah. Sehinggal dikenallah mereka sebagai tentara hijrah. Tampak tentara Hijrah dari Jawa Barat tiba di Stasiun Tugu pada bulan Februari 1948. Mereka menyatu dengan TNI di Yogyakarta untuk bertempur melawan Belanda.
Setelah berhasil menduduki
Ketika Yogyakarta tajuh ke tangan Belanda melalui agresi militernya yang kedua tanggal 19 Desember 1948, TNI dan rakyat gerilyawan di bawah pimpinan Panglima Besar Jenderal Soedirman tetap mengadakan perlawanan secara bergilya. Desa-desa, gunung-gunung dan hutan-hutan menjadi markas mereka yang selalu berpindah-pindah. Mereka baru masuk ke
Benda-benda ini merupakan bukti material dari sepenggal sejarah perjuangan di Kabupaten Kulon Progo. Benda-benda tersebut pernah dipergunakan oleh Letkol Soeharto (Komandan Wehrkreise III) dan sebagian pasukannya oada saat bermarkas di rumah bapak Padmodiharjo di Palihan, Palihan, Temon, Kulon Progo selama kurang lebih 6 hari pada masa perjuangan tahun 1948-1949.
Longsong mortar ini ditemukan di daerah Palihan, Palihan, Temon Kulon Progo. Merupakan bukti material perjuangan pada tahun 1948-1949 di daerah Kulon Progo.
Sebagai tindak lanjut dari persetujuan antara Indonesia-Belanda (Persetujaun Roem Royen). Untuk itu pasukan Belanda harus segera ditaarik dari Yogyakarta guna mendukung pengembalian pemerintah ke
Keberhasilan Serangan Umum 1 Maret 1949 menyebabkan diadakannya pertemuan kembali antara RI-Belanda yang kemudian pertemuan kembali antara Roem-Royen yang berhasil ditandatangani pada tanggal 7 Mei 1949. hasil dari persetujuan tersebut antara lain dikembalikannya pemerintah ke Yogyakarat. Untuk itu tentara Belanda harus ditarik mundur dari
Sebagai tindak lanjut dari hasil Persetujuan Roem Royen 7 Mei 1949 dikembalikannya pemerintahan ke
Sehubungan dengan hasil persetujuan Roem Royen tentang pengembalian pemerintahan ke Yogyakarta, maka setelah kurang lebih 7 bulan di pengasingan (Bangka) sejak 19 Desember 1949, pada atnggal 6 Juli 1949 para pemimpin negara tiba di lapangan udara Maguwo (sekarang Adisucipto) Yogyakarta. Antara lain Presiden Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta, Menteri Luar Negeri Haji Agus Salim, dan para pemimpin lainya. Mereka disambut oleh Menteri Negara Koordinator Keamanan Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Tampak Sri Sultan HB IX duduk berdampingan dengan Presiden Soekarno dalam satu Mobil setelah tiba di Maguwo dari pengasingannya oleh Belanda , pada bulan Juli 1949.
Setelah selama 7 bulan mengadakan perang Geriliya dari Desember 1948 sampai dengan Juli 1949 maka pada tanggal 10 Juli 1949 kembali dari gerilya memasuki kota Yogyakarta dengan ditandu disertai para pengawal dan prajuritnya. Setibanya di Yogyakarat kemudian menuju Alun alun Utara untuk menerima penghormatan militer.
Sebagai tindak lanjut dari Roem Royen Statemen maka masalah RI-Belanda segera dibahas dalam KMB (Konperensi Meja Bundar) yang berlangsung tanggal 23 Agustus – 2 Nopember 1949. hasil terpenting dari Konperensi tersebut bahwa akan adanya pengakuan kedaualtan RI oleh Belanda, yang kemudian hal itu terjadi pada tanggal 27 Desember 1949. Tampak Konperensi Meja Bundar sedang berlangsung di Riderzaal Den Haag.
Hasil terpenting dari diselenggarakannya KMB (Konperensi Meja Bundar) tanggal 23 Agustus – 2 Nopember 1949 adalah adanya pengakuan kedaulatan RIS oleh Belanda. Selanjutnya pada tanggal 27 Desember 1949 dilakukan penandatanganan naskah pengakuan kedaulatan baik di
Tidak ada komentar:
Posting Komentar