MASA PERLAWANAN LOKAL
1. LUKISAN KEDATANGAN BANGSA BARAT
Kedatangan Bangsa Barat/Eropa pertama ialah Portugis tahun 1511. sedangkan Angkatan Laut Belanda pertama ke Indonesia pada tahun 1595dan 1956. Tujuan penyelengaraan ialah hendak mengambil hasil-hasil rempah-rempah Indonesia secara langsung dan tidak lagi dari Lisabon. Hal ini diakibatkan oleh tejadinya perang antara Belanda dan Spanyol. Tampaak kapal-kapal Angkatan Laut Belanda di bawah Cornelis De Houtman antara lain Mauritius, De Jacht, Hollandi dan Amfterodamun tiba di Banten.
2. LUKISAN MENENTANG MONOPOLI VOC
Kedatangan Belanda ke Nusantara semula bertujuan mencari rampah-rempah. Karena merasakan keuntungan yang luar biasa di negerinya (Eropa) maka dilakukan usaha-usaha peningkatan hasil. Salah satunya dengan menjalankan monopoli dagang yang dalam prekteknya sangat merugikan rakyat bumiputera. Hal ini menimbulkan konflik yang berkelanjutan dengan perlawanan terhadap bangsa Belanda seperti yang terjadi di daerah-daerah.
3. PERLAWANAN RAKYAT SULAWESI
Perlawanan rakyat Sulawesi diakibatkan oleh adanya monopoli dagang Belanda (VOC) yang sangat merugikan rakyat. Dibawah pimpinan Sultan Hasanudin raja Goa, rakyat mengadakan serangan terhadap Belanda pada tahun 1667. peperangan terhenti setelah Benteng Somba Opu, benteng pertahanan Sultan Hasanudin diduduki Belanda pada tahun 1669.
4. SULTAN HASANUDIN
Sultan Hasanudin dilahirkan pada tahun 1631 di Ujungpandang. Ia adalah putera ke dua dari Sultan Malikussaid, Raja Gowa ke 15. dengan keberaniannya Ia menentang monopoli rampah-rempah yang dilakukanoleh Belanda sehingga terjadilah peperangan hebat antara keuda belah pihak. Dengan siasat licik Belanda Sultan Hasanudin menerima Perjanjian Bonggaya 18 November 1667. karena perjanjian tersebut merugikan rakyat kembali Sultan mengadakan perlawanan. Jatuhnya benteng Somba Opu menyebabkan lemahnya pasukan Gowa sehingga perang tidak berlanjut. Sultan Hasanudi mengundurkan diri dan diganti oleh puteranya Sultan Amir Hamsah. Tanggal 12 Juni 1670 Sultan Hasanudin wafat. Berdasarkan Surat Keputusan presiden Republik Indonesia No 087/TK/Tahun 1973, tanggal 6 Nopember 1973 ditetapkan sebagai pahlawan Perjuangan Kemerdekaan.
5. PERLAWANAN RAKYAT KALIMANTAN
Politik adu domba dijalankan oleh Belanda untuk menguasai Nusantara. Tahun 1859 Sultan Tamjidillah yang tidak disukai rakyat diangkat oleh Belanda menjadi Sultan Banjar. Padahal yang lebih berhak adalah Pangeran Hidayat. Oleh karenanya Pangeran Antasari membelanya. Atas dukungna dari kepala-kepala daerah Hulu Sungai, Martapura, Barito, playhari. Kapuas, dsb, perlawanan segera dilakukan pertama kali pada 18 April 1859 dan dikenal dengan Perang Banjar (kalimantan Selatan). Pada tanggal 11 Oktober tahun 1862 Pangeran Antasari wafat sebelum melaksanakan serangan besar-besaran yang telah dirancang pada bulan Oktober 1862.
6. PANGERAN HIDAYAT
Pangeran Hidayat adalah soerang pemimpin perang dari daerah Kalimantan Selatan pada abad XVIII. Oleh karena kemahirannya dalam peperangan menyebabkan Belanda mengalami kesulitan untuk memadamkan perjuangannya
7. KAPITAN PATTIMURA
Thomas Matulesi yang kemudian dikenal dengan Kapitan Patimura dilahirkan di Ambon tahun 1783. Beliau pernah masuk dinas militer Inggris dengan pangkat sersan. Tahun 1816 ketika Belanda berkuasa, di Maluku mengalami penindasan. Maka Patimura segera menyusun strategi perang dengan Benteng berhasil dikuasai. Mulai saat itulah Patimura dan anak buahnya menajdi pasukan yang disegani oleh Belanda. Hingga akhirnya Patimura tertangkap di Sirisori. Atas putusan pengadilan Belanda Patimura dihukum gantung pada tanggal 16 Desember 1817.
8. KHRISTINA MARTHA TIAHAHU
Khristina Martha Tiahahu dilahirkan kurang lebih tahun 1800 di Nusa Laut, Kepulawan Maluku. Ia adalah anak sulung dari Kapitan Paulus Tiahahu yang menjadi pimpinan perlawanan di Nusa Laut. Pada tanggal 17 Mei 1817 pasukan pejuang berhasil merebut Benteng Belanda (Duurstede) dan kemudian menyusul Benteng Beverdijk. Tetapi dengan siasat liciknya Belanda berhasil memasuki benteng dan menangkap para penghuninya pada tanggal 10 Nopember 1817 dihukum mati. Sejak kematian ayahnya Khristina Martha Tiahahu masuk hutan dan bejuang, tetapi Belanda berhasil manangkapnya. Dia dibawa ke Jawa untuk bekerja paksa di perkebunan kopi. Di perjalanan selalu mengadakan aksi mogok makan dan tutup mulut, sehingga badannya melemah. Hingga pada tanggal 1 Januari 1818 tengah malam Khristina meninggal. Berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI no 012/TK/Tahun 1969, tanggal 20 Mei 1969 ditetapkan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional.
9. PANGERAN DIPONEGORO
Pangeran Diponegoro lahir pada tanggal 11 Nopember 1785 dengan nama Pangeran Ontowiryo. Beliau adalah putra dari Sultan Hamngkubuwono III dari istri selir yang bernama RA. Mangkorowati. Semasa kecil Beliau tinggal bersama nenek buyutnya Ratu Ageng (Janda dari HB 1) di Tegalrejo. Oleh karena sikap Belanda yang menyengsarakan rakyat dengan menetapkan pajak tinggi (pajak pacumpleng) dan keinginan Belanda membangun jalan yang melewati tanah leluhur Pangeran Diponegoro maka terjadilah perlawanan yang kemudian terkenal dengan nama Perang Diponegoro atau Perang Jawa (20 Juli 1825-28 Maret 1830). Perlawanan Beliau didukung oleh para bangsawan, ulama maupun rakyat biasa antara lain Kyai Mojo, Sentot Basyah Parawirodirjo, Pangeran Mangkubumi dan lain-lain. Atas siasat licik Belanda maka pada tanggal 28 Maret 1930 Diponegoro ditangkap dalam sebuah Perundingan di kantor Karesidenan Kedu Magelang yang kemudian diasingkan ke Manado. Pada tahun 1834 dipindahkan ke Ujung pandang sampai wafat tanggal 8 Januari 1855.
10. NYI AGENG SERANG
Nyi Ageng Serang waktu lahir pada tahun 1752 bernama Raden Ajeng Kustiah Retno Edi. Ayahnya bernama Pangeran Notoprojo yang kemudian terkenal dengan nama Panembahan Serang (Bupati Serang, daerah terpencil sebelah utara Sala). Waktu terjadi pertempuran antara VOC dengan pasukan ayahnya (Notoprojo) yang menolak perjanjian Giyanti,beliau tertangkap dan dibawa ke Yogyakarta. Tetapi kemudian dikembalikan ke Serang. Hingga saat meletus perang Diponegoro (1825-1830) kembali beliau melibatkan diri bersama cucunya R.M. Papak, meski telah berusia 73 tahun. Pasukannya selalu berhasil memporak-porandakan pasukan Belanda di daerah Purwodadi, Semarang, Demak, Kudus, Yuwono, dan Rembang. Nyi Ageng Serang pernah mempimpin pasukan secara langsung di Desa Beku, Kabupaten Kulon Progo. Beliau wafat pada usia 76 tahun dan dimakamkan di Desa Beku, Kabupaten Kulon Progo sesuai pemrmintaan Beliau.
11. TUANKU IMAM BONJOL
Tuanku Imam Bonjol lahir pada tahun 1772 di kampung Tanjungbumi Kabupaten Pasaman Sumatra Barat semula bernama Petosyarif. Karena berhasil mendirikan negeri Bonjol maka lebih dikenal sebagai Imam Bonjol. Pertikaian antara kaum Padri dan kaum adat telah melibatkan Imam Bonjol dan Belanda. Melihat kekuatan kaum Padri di bawah Iamam Bonjol maka Belanda kawatir sehingga membuat perjanjian tahun 1824 (Perjanjian Pasang) yang akhirnya dilanggar oleh Belanda dengan serangan ke daerah negeri Pandasikap. Peperangan berkobar lagi dengan ajakan damai maklumat Palakat Panjang Belanda tiada digubrisnya. Setelah tiga kali Belanda mengganti panglima Perangnya barulah negeri Bonjol dapat direbut pada tanggal 16 Agustus 1837. Akhirnya Tuanku Imam Bonjol dapat ditangkap dalam sebuah pengkianatan perundingan Belanda yang kemudian diasingkan ke Cianjur, dipindahkan ke Ambon, ke Manado sampai wafat 6 Nopember 1864 dalam usia 92 tahun. Pemerintah RI menangkap sebagai pahlawan perjuangan perang Padri Sumatra Barat.
12. PELAKSANAAN TANAM PAKSA
Akibat terjadinya Perang Diponegoro dan Perang Padri Belanda mengeluarkan biaya sebesar 20 jt Golden ditambah utang VOC kepada Belanda 32 juta Golden. Dari sinilah maka muncul rencana Tanam Paksa (Cultur Stelsel) yang dikemukakan oleh Van Den Bosch tahun 1830. Tanam Paksa pada hakekatnya memperkenalkan tanaman ekspor baru seperti tebu, kopi, nila, teh untuk menggantikan rempah-rempah yang tidak laku lagi di Eropa untuk ditanam secara paksa sehingga banyak menyebabkan kesengsaraan rakyat.
13. TEUKU UMAR
Teuku Umar lahir pada tahun 1834 di Meulaboh Aceh. Pada saat usia 19 tahun (1873) Teuku Umar telah melibatkan diri dalam Perang Aceh. Tahun 1978 markas pasukannya di Kampung Garan diduduki Belanda. Dengan siasat menyerah kepada Belanda maka Teuku Umar dipercayai untuk membawahi 32 orang tentara untuk menumpas pasukan Raja Teunom, yang kedua dipercaya membawahi 250 prajurit untuk menumpas Pejuang Aceh. Pada tanggal 29 Maret 1896, Teuku Umar melarikan 800 buah senjata dengan 25.000 butir peluru, dan uang 18 ribudolar sehingga menyebabkan kerugian bagi Belanda marah dan memerintahkan menangkap Teuku Umar. Pada pertempuran tanggal 10 Februari 1899 Teuku Umar tertembok dan gugur sebagai kusuma bangsa.
14. CUT NYAK DIN
Beliau adalah seorang tokoh pejuang wanita dari Aceh. Cut Nyak Din dilahirkan di Lampadang, Aceh Besar pada tahun 1850. Ayahnya bernama Nanta Sitia, Ulebalang VI, Mukim, seorang Aceh keturunan Minangkabau, suaminya Teuku Cek Ibrahim yang gugur dalam pertempuran melawan Belanda tahun 1878. Tahun 1880 Beliau menikah dengan Teuku Umar dan kemudian meneruskan perjuangan. Teuku Umar gugur dalam pertempuran di Meulaboh tanggal 11 Pebruari 1899. Setelah selama kurang lebih 6 tahun berjuang Cut Nyak Din akhirnya tertangkap dan diasingkan ke Sumedang, Jabar dan meninggal pada tanggal 6 Nopember 1908.
15. CUT MEUTIA
Cut Meutia dilahirkan di Perlak, Aceh pada tahun 1870. Bersama suaminya Teuku Cik Tunong mengadakan perlawanan terhadap Belanda. Bulan Mei 1905, Teuku Cik Tunong menjalani hukuman mati karena tertangkap Belanda. Perjuangan tetap dilanjutkannya. Pasukan di bawah pimpinan selalu berpindah-pindah. Karena perang yang terus berlangsung lama akhirnya pasukannya makin lemah. Pada suatu peperangan Cut Meutia gugur dengan beberapa butir peluru yang menembus tubuhnya. Berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI No 107/ Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964 ditetapkan sebagai Pahlawan Perjuangan Kemerdekaan.
16. PERLAWANAN ACEH
Aceh merupakan daerah di Nusantara yang paling akhir ditaklukan oleh Belanda . Rakyat Aceh dengan pimpinan kaum Ulama mencanangkan Perang Jihad kepada Belanda dalam waktu yang sangat lama dari tahun 1837 sampai dengan tahun 1912. Perlawanan berlangsung lama karena daerah Aceh banyak bukit sehingga memudahkan melaksanakan perang gerilya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar